Bandar Lampung (MDSnews) – Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Riyadus Sholihin, KH Ismail Zulkarnain mendukung penuh pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla soal perkembangan zamam dengan memanfaatkan teknologi.
“Kita mendukung apa yang dikatakan Wapres dan itu sudah lama kita lakukan. Santri-santri kami sidah lama memanfatkan teknologi seperti penggunaan internet untuk hal-hal yang bermanfaat,” kata dia menjelaskan di Bandar Lampung, Minggu (24/2).
Ismail melanjutkan Selain Ponpes Riyadus Sholihin, beberapa Ponpes juga seperti Gontor, Dear el-Qolam dan lainnya juga telah memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut. Dengan memanfaatkan teknologi para santri bisa sekolah, bimbingan belajar bahara arab, dan mempelajari kitab.
“Karena mereka (santri) adalah kaum milenial yang harus mempunyai wawasan yang luar biasa,” kata dia menjelaskan. Dalam memanfaatkan teknologi, santri juga harus bisa mengerti ilmu bahasa nahwu shorof dalam istilah bahasa ilmu pondoknya adalah kitab kuning yanh mampu membacakan dan menafsirkan kitab gundul.
Disamping juga mereka harus mengerti ilmu teknologi, mereka juga harus bisa mengartikan bahasa nahwu shorof. Maka jangan kaget kaum milenial ada seorang insinyur elektro dia bisa kitab kuning, negitu juga dengan polisi, pilot dan itu ilmu dunia akhirat gabung menjadi satu.
Dia berharap kedepan anak-anak yang selama ini dididik dapat menjadi sukses dan menjadi orang yang besar meskipun bagroung anak yatim. “Kita tidak bisa meremehkan anak yatim, contoh saja seperti Habibie, Khairun Tanjung, Soekarno, dan SBY adalah anak yatim yang sukse. Lebih hebat lagi Rasulullah seorang anak yatim yang bisa menjadi pemimpin dunia,” kata dia.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla saat menghadiri acara silaturahim bersama Da’i muda di Kota Surabaya mengingatkan agar pesantren dapat mengikuti perkembangan zaman dengan memanfaatkan teknologi.
Dalam pernyataan tersebut, Wapres mengungkapkan bahwa generasi muda seperti milenial agar tidak hanya menguasai teknologi saja namun juga milenial bisa menguasai kitab. Dengan upaya bersama itu, maka pesantren dapat memberikan semangat untuk melanjutkan pendidikan ilmu agama dibarengi dengan iptek.
Wapres juga menjelaskan saat ini dalam mempraktekkan ibadah agama juga menyangkut penggunaan teknologi. Semua membutuhkan suatu pikiran dan langkah-langkah baru dari pesantren untuk pendidikan keagamaan yang lainnya.
Sejumlah tokoh yang menyambut kedatangan Wapres antara lain Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, serta Ketua Yayasan Jenggala Center Ibnu Munzir. Acara itu dihadiri oleh sekitar 1.000 putra putra ulama atau “gawagis” dari beberapa pondok pesantren di Indonesia. Kegiatan silaturahim tersebut juga ditujukan untuk mempererat silaturahim antara ulama dan pemerintah (umara) serta menggaungkan nilai-nilai Islam yang sejuk dan universal. (tika)