BANDARLAMPUNG (MDSnews) – Jadilah Tuan rumah di negeri sendiri. Itulah sepatah kiasan yang diungkapkan Irjen Pol. DR. Ike Edwin SH., MH., saat menerima kunjungan silaturahim puluhan Sai Batin dan penyimbang adat Lampung, di Lamban Gedung Kuning Kerajaan Sekala Brak, Sukarame, Kota Bandarlampung, Minggu (24/3/2019).
Ungkapan tersebut disampaikan Perdana Menteri Kerajaan Sekala Brak itu sebagai dorongan kepada para pemangku adat untuk lebih menghidupkan kembali semangat persatuan sekaligus pelestarian adat dan budaya Lampung yang kini kian luntur.
“Bahasa Lampung tidak lagi menjadi nomor 1. Bahasa Lampung tidak lagi mayoritas di Provinsi Lampung. Oleh karena itu, saya punya keinginan untuk membuat perubahan agar Lampung bisa menjadi Tuan rumah di Negeri sendiri,” kata Ike Edwin yang akrab disapa Dang Gusti itu.
Ia mencontohkan, pada tahun 1832 penyimbang adat lampung aslinya terbagi 67 marga, yang pada saat itu kekompakan dan nuansa lokal masih sangat kental. Seiring perjalanan waktu, sekarang sudah 150 marga tersebar di Lampung, namun hampir tak nampak lagi penggunaan bahasa Lampung ditengah pergaulan masyarakat.
Untuk itu dirinya meminta kepada para penyimbang untuk menghidupkan kembali pasukan Hulu Balang.”Kita bukan mau ribut, kita bukan mau perang, tapi kita ingin Lampung jadi Tuan di rumah di negeri sendiri,” katanya.
Bila hal itu dijalankan sesuai dengan rencana yang telah digagasnya, Mantan Kapolda Lampung itu yakin dalam kurun waktu 6 bulan akan bisa mempersatukan 150 marga yang ada di bumi berjuluk Sai Bumi Rua Jurai ini.”Dalam waktu enam bulan, kita bisa mengumpulkan 150 marga disini,” kata Staf Ahli Sosial Politik (Sahlisospol) Kapolri itu.
Tampak hadir dalam undangan Sekretaris Kabupaten Lampung Timur, Sahrudin Putra. Ia mengapresiasi gagasan yang disampaikan Dang Gusti saat mennghadiri undangan.
“Saya merasa suatu kehormatan dapat hadir disini dan menyampaikan ucapan terimakasih atas kesempatan yang diberikan,” ujar Sekda kepada pewarta.
Sekda Sahrudin juga menyatakan sepakat dengan apa yang disampaikan Dang Gusti sebelumnya. Bahkan, Sahrudin mengaku terinspirasi untuk menumbuh-kembangkan nuansa adat seni dan budaya Lampung di Kabupaten tempatnya mengabdi.
“Betapa pentingnya, jati diri yang saat ini mulai meluntur. Ini menjadi Inspirasi saya untuk mengangkat kearifan lokal. Bagaimana menumbuh-kembangkan kegiatan-kegiatan yang bernuansa Lampung,” tuturnya.
Kedepannya, lanjut Sahrudin, dirinya akan mengupayakan secara maksimal agar pemkab menganggarkan untuk kegiatan-kegiatan dalam upaya pelestarian adat budaya Lampung.
“Kita akan buat FESTIVAL BEGAWI ADAT LAMPUNG, akan kita anggarkan. Saya rasa ini adalah solusi agar budaya asli daerah kita tidak punah,” pungkasnya.
Hadir dalam acara tersebut diantaranya penyimbang adat Marga Subing Labuhan, Syaifulah Suttan Pengeran Rajo Paku Alam, Ali HS. Pengeran Kuto Mergo, Andi Nopriadi Suttan Rajo Ratu, Muslih Batin Penutup, Izwan Rajo Puseran.
Kemudian, penyimbang adat Marga Sekampung Libo Sukuria Kesuma DaLem Mangku Deso, Marhasan Dalom, Romadon Bintang Alam, Ibrahim Batin Rajo Liyu, Sihun Kimas /Ismail Pn. Puting Marga.
Penyimbang adat Marga Sekampung Udik yakni. Hasan wk. Pengeran Bintaro Rajo, Hasan Basri Pengeran Sebuai, Yunus Pengeran jaya Sempurna, Tulin Pengeran Bela Negara, Bahtiyar Minak Ubat / A. Kausar SE. Pengeran Pagar Alam.
Hadir juga penyimbang adat Keratuan Melinting yakni H.Rizal Ismail, SE. MM. Sultan Ratu Idil Muhammad Tihang Igama IV, Ratu Melinting, Asnawi,SE. Dalem Sampurno Jayo, Sulaiman Dalem Kesumo Migo, Sulaiman Dalem Terus, Fahrudin Radin Jaru/ Marlin Putra Kurnia Pengeran Banjar Bumi.
Lalu, penyimbang adat Marga Teluk Betung, Marga Teluk Lunik, Marga buay Kunang, Buay Pemuka Bangsa Raja Negeri Besar, Marga Way Kuning, Marga Pemuka Sakti, Buay Pemuka Sakti, Way Unyi Jagabaya. (ADV)