MEMULIAKAN RAMADHAN MELAHIRKAN KEBERKAHAN HIDUP

Pringsewu TERBARU
Oleh. Hasbullah, M.Pd.I
Dosen AIK STIKes Muhammadiyah Pringsewu.
Bulan suci Ramadhan merupakan bulan yang sangat selalu dirindukan kedatangannya  dan dinanti-nantikan oleh setiap orang mukmin, sebab pada bulan suci Ramadhan merupakan penghulu (sayyidusysyuhur) dari keseluruhan bulan dalam satu tahun. Dalam bulan suci Ramadhan setiap Mukmin melaksakan ibadah Shiyam (puasa). Shiyam secara bahasa memiliki arti menahan diri dari sesuatu, sedangkan  secara istilah Syiam  memiliki arti menahan diri dari makan, minum dan segala yang membatalkan sejak dari terbitnya fajar hingga terbenam matahari dengan niat kaderena Allah SWT.
.
Adapun Esensi dari pengertian di atas bahwa Ramadhan harus dimuliakan, dan dari ibadah yang kita kerjakan dibulan suci Ramadhan harus melahirkan keberkahan bidup. Hal ini dapat dari landasan seorang mukmin melaksanakan ibadah puasa, sebagaimana firman Allah QS. Al Baqarah:183 “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Maka Iman menjadikan modal utama, sebab iman merupakan cara Allah swt untuk memuliakan hidup manusia.
Selanjutnya bahwa puasa di bulan suci ramadhan harus mencontoh orang-orang yang dahulu, yang mana orang-orang terdahulu ada para sahat Rasulullah merupakan orang-orang yang berkah hidupnya.selanjutnya bahwa kita perlu merenungkan bahwa sudahkan kita merasa ada perubahan ataupun mendapat predikat Muttaqin (orang bertakwa) sebagaimana disebutkan di akhir surah Al-Baqarah ayat 183.
Sekarang bulan suci Ramadhan tinggal menghitung  hari, kalaupun dengan menggunakan jari tangan maka masih ada sisa dari perhitungan untuk bulan suci ramadhan. Harus dipahami bahwa ramdahan merupakan mometum yang sangat tepat untuk siapapun untuk melakukan perbaikan kehidupan. Sehingga, momentum tersebut merupan waktu yang tepat  untuk mencoba memuliakan diri sendiri dengan  nilai-nilai Ibadah serta dari hal yang dilakukan selama bulan suci ramdhan maka keberkahan hidup sangat bernilai harganya. Pertanyaan selanjutnya adalah sudahkah kita siap dan mempersiapkan semua hal untuk menghadapi ramadhan, sehingga kemulian yang sebenarnya (iman) dan keberkahan hidup (takwa) akan di peroleh dari ibadah puasa yang dikerjakan.
Pada hakekatnya puasa telah mengajarkan kemuliaan kepada manusia itu sendiri, sebab dalam mengerjakan puasa ada orang yang diwajibkan, ada orang yang tidak diwajibkan dan   adapula orang yang boleh meninggalkan puasa. Meraka yang diwajibkan berpuasa Ramadhan adalah semua muslim serta muslimat yang mukallaf, mereka yang tidak wajib berpuasa Ramadhan yaitu perempuan yang mengalami haid dan nifas di bulan Ramadhan dan wajib menggati puasanya di luar bulan suci Ramadhan. Sedangkan mereka yang boleh meninggalkan puasa adalah orang yang tidak mampu berpuasa karena sudah tua, sakit yang menahun, perempuan hamil dan perempuan yang menyusui, maka orang yang meninggalkan puasa menggatinya dengan fidyah 1 mud (0,5 kg) atau lebih makanan pokok, untuk setiap hari. Sehingga kita dapat melihat bahwa puasa Ramadhan itu sebenarnya menghadirkan kemuliaan bagi orang yang menjalankan serta orang yang tidak menjalankan karena alasan syari.
Maka seorang mukmin yang memuliakan Ramadhan dengan menjada dan mendirikan amalan-amalan Ramadhan akan menjadi sebuah kepastian kehidupannya akan diberikan kemuliaan oleh Allah swt. Bagaimana puasa bukan saja menahan lapar dan haus saja tetapi dalam ramadhan memberikan kebaikan untuk diri sendirinya sebagaimana hadist rasulullah saw. “Dari Abu Hurairah r.a (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Bersabda Rasulullah saw, Jika seseorang di antar kamu berpuasa, maka janganlah berkata kotor pada hari itu, dan janganlah berbuat gaduh. Jika dimarahi oleh seseorang atau dimusuhinya, hendaklah ia berkata:”saya sedang berpuasa” (HR. Al Bukhari dan Muslim). Dan disinilah terlihat bagaimana puasa Ramadhan ingin menjadi orang beriman menjdikan dirinya mulia serta hidupnya menjadi berkah. Sebab di dalam puasa ada usaha untuk menjada lisan dari ucapan yang tak berguna, menjada raga agar tidak berprilaku sesukanya dan juga menjaga hati dari penyakit hati.
Bulan Ramadhan adalah bulan yang memperingan diri untuk jalan kebaikan, bulan yang di dalamnya terdapat nilai kesabaran yang memperingan kaki untuk mendapatkan surga. Bulan ramdahan bulan dimana semua jenis makanan keluar dan dipermudah untuk di dapatkan serta untuk membaginya. Disetiap sudut masjid akan terdengar bukans aja lantunan ayat suci Al Qur’an melainkan nyinyir suara anak kecil serta gurauan gurungaji diserambi masjid untuk menunggu kebahagiaan dan kegembembiraan bulan suci ramadhan. Keberkahan akan hidup ada dan terlihat jelas dengan bersama menikmati makan di sore hari disebut dengan berbuka dan makan bersama menjelang serta menyampung sang surya yang disebut sahur menjadi sisi lain yang patut untuk menjadi hikmah terbesar dalam proses menjemput keberkahan hidup. Keberkahan kehidupan Ramadhan bukan saja untuk sendiri melainkan untuk orang lain, bukan saja hidup di dunia melainkan kehidupan di akhirat.
Dapat kita rasakan dan lihat, bulan ramadhan benar-benar menjadi kesempatan yang terbaik untuk beramal. Sebab dalam bulan Ramadhan Allah SWT menyiapkan banyak sekali amalan yang bisa dilakukan agar mendapt ganjaran yang sangat luar biasa. Dengan memberika buka puasa berupa air putih, secangkir teh, sebuah kurma ataupun kue sebagai snack hal itupun bisa menjadi ladang pahala. Sehingga sebagai orang yang beriman, yang memiliki naluri kecerdasan dalam mendapatkan pahala dan ingin memaksimalkan amalan Ramadhan tidak akan lewat begitu saja. Berikut ini adalah sabda Rasulullah yang berkaitan dengan amalan memberikan makan terhadap orang berpuasa: “siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya padahal seprti orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurahi pahala orang yang berpuasa sedikit pun juga” (HR. Tirmizi).
Ath Thobari rahimahullah menerangkan, “Barangsiapa yang menolong seorang mukmin dalam beramal kebaikan, maka orang yang menolong tersebut akan mendapatkan pahala semisal pelaku kebaikan tadi. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi kabar bahwa orang yang mempersiapkan segala perlengkapan perang bagi orang yang ingin berperang, maka ia akan mendapatkan pahala berperang. Begitu pula orang yang memberi makan buka puasa atau memberi kekuatan melalui konsumsi makanan bagi orang yang berpuasa, maka ia pun akan mendapatkan pahala berpuasa.
Satu sisi lain bahwa bulan puasa Ramadhan mengahdirkan sikap yang positif bagi yang menjalankan yang akan menghadirkan kemulian bagi dirinya dalam serta hidupa yang lebih baik. Sikap dan sifat positif tesebut antara lain:  sabar, disiplin, peduli kepada sesama manusia, mempererat persaudaraan (silaturrahim), berakhlak yang terpuji, mengendalikan diri, menghormati yang kurang, lebih mendekatkan diri kepada Allah, mejaga lisan dan pandangan serta sifat-sifat positif lainnya. Yang mana sikap-sikap ini akan menjadirkan dirinya pribadi yang mulia dengan kata lain manusia yang bertaqwa. Maka takwa merupakan tujuan akhir dari menjalankan ibadah puasa bulan suci Ramadhan setiap tahuannya, dengan segala akrifitas ibadahnya.
Taqwa menjadi prestasi tertinggi dari ibadah puasa Ramadhan yang dijalankan oleh setiap mukmin sebagai bentuk penghambaan dan ketaatan kepada Allah SWT, Taqwa merupakan jalan setiap mukmin untuk mendaptkan kemuliaan di sisiNya, sebagaimana dijelasakan dalam firmaNya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al Hujrat:13). Taqwa adalah upaya untuk senantiasa melaksanakan segala perbuatan yang disukai/diperbolehkan oleh Allah dan meninggalkan/menghindari perbuatan yang dilarang/tidak disukai oleh Allah SWT.
.
Dalam Al-Qur’an terdapat idak kurang dari 208 ayat yang berkaitan dengan taqwa, antara lain terdapat dalam Qs. Al Baqarah ayat 2-5 dan Qs. Al imran ayat 17. Dua surat tersebut menjawab pertanyaan tentang orang bertaqwa: surat pertama, mereka yang bertaqwa itu adalah beriman kepada yang ghaib, mendirikan sholat, menafkahkan sebagai rezeki, meyakini kitab Al-Qur’an serta kitab sebelum AlQur’an dan meyakini hari kiamat. Kedua, oarang bertqwa itu adalah mereka orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.
Ibadah Puasa Ramadhan itu bermodalkan Iman (keyakinan), keimana itu adalah keiman kepada Allah, Malaikat, kitab-kitab Allah, Rasul, Hari Kiamat serta Iman kepada Qodo dan Qodar. Modala itu harus di sesuaikan dengan contoh pelaksanaan puasa Ramadhan seperti yang dicontohkan Rasul dan para sahabat yang diisi dengan sholat malam (Tarawih), Tadarus Al-Qur’an, berinfaq, beritikhaf, berbuka puasa di awal waktu, mengakhirkan makan sahur dan menjada sholat lima waktu dengan berjamaah. Selanjutnya dengan dua hal tersebut maka ketaqwaan merupakan tujuan yang kan menjadikan gambaran bahwa kita memuliakan Ramadhan dan menjadikan hidup kita berkah di dunia menuju akhirat yang diridhai Allah SWT. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *