LAMPUNG BARAT (MDSnews) – Sekura cakak buah adalah salah satu tradisi yang wajib diadakan disetiap suasana lebaran idul fitri di lampung barat, faktanya idul fitri dilampung barat serasa kurang meriah tanpa digelarnya pesta sekura.
Pesta sekura adalah salah satu bentuk kebudayaan masyarakat Lampung yang dilaksanakan setiap idul Fitri oleh masyarakat Lampung Barat, khususnya di wilayah Skala Brak, Liwa Kabupaten Lampung Barat.
kata “Sekura” berasal dari kata “Sakukha” yang berarti penutup muka atau wajah (topeng),sedangkan “Cakak Buah” makna nya adalah “Panjat Buah” atau panjat batang pinang yang sudah diberi buah yaitu hadiah yang terdiri dari berbagai macam jenis seperti TV, Sepeda, Baju dll.
Sekura terdiri dari dua macam, diantaranya “Sekura Kamak dan Sekura Betik,” kedua sekura ini bisa kita bedakan dari segi penampilan, Sekura kamak biasanya akan berpenampilan kotor, dan cenderung berpenampilan konyol, kostum yang mereka kenakan biasanya terbuat dari barang barang bekas dan alami seperti karung bekas, sabut kelapa, tumbuhan dsb. Sebisa mungkin penampilan mereka menjadi kotor, unik, aneh dan lucu. Ada yang seperti ibu-ibu hamil, badut, bahkan seperti gadis, sekura kamak biasanya akan keliling kampung yang mengadakan pesta sekura dengan memanggul batang pohon pisang dan jenis pohon pohon lainnya sambil berteriak senang, dan sebagai catatan hanya sekura kamak lah yang berhak memanjat pinang yang telah ditentukan, sekura kamak akan bekerja sama dengan sekura kamak lainnya untuk mencapai puncak pinang.
Sedangkan Sekura betik berpenampilan rapi dan bersih. Sekura Betik menggunakan kacamata hitam, kostum yang meraka kenakan terdiri dari kain panjang dan biasanya kepalanya ditutupi dengan kain selendang atau kain tapis khas lampung serta memegang sebuah pedang.Sekura Betik lebih mengarah pada menghibur penonton dengan berekspresi seperti menari. Mereka juga tidak diperbolehkan untuk memanjat pinang.
Sejatinya memang pesta sekura cakak buah ini sangat dinanti nantikan oleh segenap masyarakat lambar, jauh hari mereka sudah merencanakan kegiatan tahunan ini, misalnya pekon kutabesi, kecamatan batubrak, dari H-15 mereka sudah mencanangkan akan menggelar pesta tersebut di kampungnya pada tiga syawal nanti, walaupun persiapan inti seperti menyiapkan batang pinang, hadiah, dan juga lokasi panitia biasanya baru akan dipersiapkan mendekati hari H idul fitri.
Warga pekon kuta besi sendiri begitu antusias menyambut gelaran ini, misalnya feri (27), pada status whatsapp nya dia memposting sebuah foto sekura dengan caption “sebentar lagi mereka akan kembali,” atau dengan kata lain sebentar lagi dia akan kembali ikut bersekura demi memeriahkan pesta tersebut.
Saat dikonfirmasi feri mengatakan dia dan teman temannya akan kembali bersekura pada pesta sekura idul fitri tahun ini,” pada idul fitri tahun kemarin kami ikut sekura di beberapa kampung yang mengadakan pesta, dan tahun ini pun kami akan kembali ikut sekura, dan dari sekarang kami sudah mempersiapkan beberapa kostum yang akan kami kenakan,” ungkapnya.
Ditinjau dari aspek sejarah, hingga saat ini belum diketahui secara pasti awal mula pesta topeng sakura ini dimulai, siapa penyelenggaranya, siapa pelaku, dan siapa pula yang terlibat. Kita hanya dapat menduga, karena tidak ada sumber yang benar benar bisa dipertanggung jawabkan, yang pasti tradisi ini merupakan tradisi turun temurun yang memang sudah ada sejak zaman nenek moyang masyarakat lampung barat yang memang harus kita lestarikan bersama, karena makna tradisi sekura ini lebih kepada cara masyarakat lambar untuk meluapkan rasa kemenangan setelah perang melawan hawa nafsu yaitu puasa di bulan ramadhan, selain itu pesta sekura ini juga menjadi salah tempat untuk bersilaturahmi masyarakat lampung barat dimana setiap seseorang bertemu teman, sahabat ataupun keluarga jauh mereka akan bersalaman untuk saling memaafkan satu sama lain (hen).