Tanggamus (MDSnews) – Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.
Tapi bagaimana jika banjir itu bukan disebabkan oleh air, dan bukan disebut musibah, melainkan anugrah.
Tentu hal ini akan menjadi sedikit aneh ditelinga, dan yang pasti akan menimbulkan pertanyaan dong. Seperti apa banjir ikan?
Seperti yang terjadi di Kabupaten Tanggamus belakangan ini. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kotaagung sontak dipadati ratusan bahkan ribuan masyarakat karena terjadi lonjakan pendapatan nelayan setempat pada salah satu jenis ikan di laut.
Tersiar kabar pada malam itu, tepatnya Sabtu 29 Juni 2019, pukul 20.30 WIB harga ikan jenis Tongkol atau dalam bahasa ilmiahnya (Euthynnus Affinis) yang rata-rata seukuran lengan anak-anak hanya Rp 500 per ekornya. Tentu saja hal itu menjadi perhatian warga sekitar terutama masyarakat Kecamatan Kotaagung, mengingat ikan jenis ini sangat digemari oleh masyarakat setempat.
Tidak hanya malam itu, kejadian serupa pun ternyata berlangsung hingga Satu Minggu, meskipun adakalanya terlihat sepi, walaupun berselang satu malam saja. Bahkan pada puncaknya banjir ikan Tongkol tersebut pada Kamis dan Jumat (4-5 Juli 2019).
Ikan Tongkol (Euthynnus Affinis) ini seketika muncul dengan jumlah yang sangat banyak di perairan Teluk Semangka Kotaagung, sehingga hasil tangkapan ikan nelayan rata-rata dengan jumlah besar, bahkan berlimpah ruah sehingga masyarakat setempat menyebutnya “Banjir Tongkol”.
Bila pada tangkapan normal, harga ikan jenis ini harganya cukup tinggi, bahkan yang berukuran lengan orang dewasa saja, bisa mencapai 10 hingga 20 ribu per ekornya. Namun ketika musim banjir, harga ikan tersebut turun hingga 500 Rupiah saja per ekornya bahkan tidak laku dijual.
Nah, disinilah letak masalahnya, ketika banjir ikan Tongkol dan tidak laku di jual karena melimpahnya tangkapan ikan jenis itu, sehingga menyebabkan banyak yang terbuang sia-sia.
Biasanya, bila fenomena ini terjadi para nelayan mengubur ikan-ikan tangkapannya yang tidak terjual tersebut di pesisir pantai, bahkan parahnya lagi, ada yang membuang ikan-ikan itu kembali ke laut. Akhirnya mengakibatkan pantai menjadi kotor dan menimbulkan bau tidak sedap, hal itu tentu saja akan berimbas pada lingkungan sekitar yang dikhawatirkan akan menimbulkan penyakit.
Oleh karenanya, masyarakat berharap adanya peran serta Pemkab Tanggamus untuk mencarikan formula khusus dalam mengatasi kejadian musiman tersebut, agar ketika terjadi hasil tangkapan yang berlimpah akan tetap menjadi nilai uang bagi masyarakat, bukan malah menimbulkan dampak yang buruk bagi lingkungan.
Sehingga stabilitas perekonomian dimasyarakat selalu terjaga dan dinamis apabila ketika hal serupa terjadi tidak ada ikan terbuang sia-sia malah bahkan bisa diubah menjadi berkah atau penghasilan bagi masyarakat sekitar. Mengingat fenomena semacam ini hampir setiap tahun terjadi di Kabupaten Tanggamus khususnya di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kotaagung.
Menurut salah satu nelayan wawan warga Pantai Laut Kelurahan Pasar Madang Kecamatan Kotaagung, terjadi dibuangnya ikan-ikan tersebut karena beberapa faktor.
“Selain faktor harga murah atau tidak laku, juga karena kondisi ikan yang mulai tidak layak konsumsi, karena lambatnya pengangkutan, bila dipaksakan untuk di jual, dikhawatirkan mengakibatkan mengganggu kesehatan masyarakat,” katanya saat dijumpai di TPI Kotaagung, Senin (8/7/2019).
Wawan menambahkan, selain itu juga kurangnya pasilitas pendukung untuk mengawetkan ikan-ikan dan masih kurangnya peralatan pengolahan ikan.
“Biasanya untuk mengawetkan ikan disini hanya menggunakan es batu, namun pada saat banjir ikan, persediaan es itu tidak mencukupi, sehingga ikan-ikan itu cepat busuk. Juga tidak ada penampungan untuk pengolahan, yang ada hanya mengandalkan home industri masyarakat yang berada di tepi pantai atau yang disebut pengasinan, itupun tidak dapat menampung ikan yang cukup banyak apalagi jenis ikan Tongkol,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Perikanan pada Dinas Perikanan Kabupaten Tanggamus mengakui bahwa selama ini memang belum ada upaya dalam pemecahan permasalahan tersebut.
“Selama ini yang sudah berjalan yaitu baru pengolahan ikan teri di Kecamatan Limau, hal itu hampir serupa, ketika banjir ikan teri di Kecamatan Limau itu sudah ada yang tampung, sementara untuk ikan jenis tongkol ini belum ada,” kata Yazet S sos, mewakili Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tanggamus Edi Narimo, Senin (8/7/2019). (Erwin)