TUBABA,(MDSnews)–Menurunnya produksi getah karet masyarakat yang diakibatkan oleh pergantian musim yang tidak diimbangi dengan naiknya harga komoditas getah karet rakyat kabupaten Tulangbawang Barat (Tubaba), menjadi pelengkap penderita petani karet Tubaba. Betapa tidak harga karet Tubaba ditingkat jual ke lapak karet turun pada kisaran harga Rp500/kilogram.
“Kalau seperti ini, kami semakin susah. Tetesan getah memang sedikit karena musim trek, harga jual juga turun. Makanya, banyak petani yang malas menyadap karetnya. Apalagi yang hanya kerja di kebunnya orang, sudah sedikit masih dibagi juga,”keluh Sarkawi (36), petani penyadap karet di Tulangbawang Udik saat berbincang-bincang dengan Medinaslampung news.co.id, Selasa (9/7/2019).
Sementara itu, Sarno (43), salah satu pembeli karet petani di Kecamatan Tulangbawang Udik mengatakan bahwa, turunnya harga karet ditingkat petani disebabkan oleh turunnya harga jual mereka ke pabrik.”Harga beli pabrik turun, makanya kami juga menurunkan harga beli kami kepada petani. Kalau tidak begitu, kami bisa rugi mas,” terangnya.
Beberapa waktu lalu, lanjutnya, harga beli karet kami dilapak berada pada kisaran Rp5.500- Rp6.500/ kilogram disesuaikan dengan kualitas karet, bahkan untuk karet yang dipungut mingguan bisa mencapai Rp7.500/ kilogram.”Mau gimana lagi, itulah keadaannya. Sekarang hanya berani beli dikisaran Rp5.000 sampai Rp6.000 saja mas. Kalaupun harga Rp7.000, itu yang kualitasnya bagus atau karet mingguan,”ujarnya.
Kami selaku pembeli lanjut Sarno, juga ikut merasakan dampak dari produksi getah yang turun saat ini. Dia mengaku kesulitan mendapatkan pasokan getah karet dari petani selama musim trek ini.”Yang jelas omset pembelian terpengaruh mas. Sesudah lebaran memang sudah mulai turun, sekarang mencapai sekitar 50 persen. Biasanya sehari bisa mencapai satu ton, sekarang setengah ton saja berat. Dan rata-rata semua lapak mengalami ini,”tukasnya. (SANUR)