BANDAR LAMPUNG (MDSNews) – Koordinator Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia (ISMEI) Wilayah III Mauldan Agusta Rifanda menyoroti harga komoditas hasil pertanian “singkong” yang kian menurun di Kabupaten Lampung Utara.
Menurutnya, Pandemi Covid-19 di Indonesia yang tidak kunjung selesai, membuat dampak signifikan terhadap perekonomian masyarakat. Terutama masyarakat kelas menengah kebawah, banyak sekali masyrakat yang kehilangan pekerjaan dan mengalami kebangkrutan dalam dunia usaha akibat Pandemi covid 19.
Akibat nya banyak masyarakat yang banting setir dari pekerjaan lama nya untuk bisa bertahan hidup ditengah pandemi ini, mulai dari kembali menjadi Petani atau
Mauldan mengungkapkan, Ditengah situasi yang tidak menentu ini, harga komoditas hasil pertanian “singkong” di Kabupaten Lampung Utara, yang setiap hari harga jual nya semakin menurun.
Harga Singkong saat ini terjun bebas, dari Bulan juli 2020 Rp.900/Kg Turun menjadi Rp.870/Kg pada bulan Agustus-September dan pada bulan Oktober harga singkong turun menjadi Rp. 780/Kg. Harga tersebut jauh dari kata mampu mesejahterakan Petani singkong.
“Tambah lagi ini sudah memasuki musim penghujan yang membuat petani tidak punya pilihan untuk segera memanen singkongnya, karena jika tidak dipanen resikonya singkong akan membusuk ditanah. Belum lagi petani harus menanggung ongkos cabut Rp. 100/Kg dan ongkos angkut serta mobil sebesar Rp. 100/Kg ditambah potongan pabrik untuk Varietas Thailand sebesar 25%/ Rp.195 yang ditanam selama 7 bulan, sehingga didapat penghasilan bersih Rp 385/Kg,” ungkap Mantan Gubernur BEM FEB Unila itu.
Dengan produktivitas hasil panen per hektar rata-rata 25 ton, maka hasilnya Rp9.625.000. Pendapatan mesti dikurangi dengan modal mulai dari pembelian pupuk, tanam serta pembersihan lahan berkisar Rp7 juta per ha, maka hasil bersih Rp2.625.000/Ha, Jika dibagi masa tanam maka petani hanya mendapatkan keuntungan Rp. 375.000/Bulan .
“Pendapatan tersebut jelas jauh dari kata mampu mensejahterakan petani singkong yang ada di kabupaten Lampung utara, Apalagi saat ini Masyarakat dihadapkan dengan kondisi sulit karena pandemi covid-19 yang membuat petani harus pintar menghemat pendapatan nya ditengah harga pokok yang juga tidak menentu.
Mauldan sapaan akrab aktivis mahasiswa ini, meminta Pemerintah Lampung Utara agar dapat turun tangan sebagai wujud mensejahterakan Petani singkong yang ada di Lampung Utara dan Pemerintah harus memastikan tidak adanya monopoli harga pasar yang merugikan Petani singkong.
Mauldan Agusta Rifanda juga meberikan rekomendasi kepada pemerintah kabupaten Lampung Utara:
1. Dalam jangka pendek, Pemerintah Kabupaten Lampung Utara dalam hal ini Bupati Lampung utara, Harus memanggil perusahaan-perusahaan Tapioka yang ada diampung Utara, untuk meminta Perusahaan-Perusahaan Tapioka menaikan harga singkong yang dituangkan dalam nota kesepakatan yang dihadiri oleh Perwakilan Petani singkong Lampung Utara.
Hal ini pernah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2016 dari Rp.560/Kg menjadi Rp.700/Kg
2. Dalam jangka panjang, Pemerintah Kabupaten lampung Utara harus membangun atau menghidupkan kembali Pabrik-Pabrik Tapioka di tingkat pedesaan dengan memanfaatkan ADD (Anggaran Dana Desa) untuk meningkatkan Perekonomian Masyarakat Pedesaan.
“Dengan demikian dalam menghadapi musim penghujan, Petani singkong tidak risau untuk menjual hasil pertanian singkongnya dengan harga rendah karena harga sudah ditetapkan bersama oleh pemerintah dan perusahaan demi kesejahteraan Petani Singkong Kabupaten Lampung Utara.
Dalam jangka panjang jika di tingkat desa memiliki pabrik-pabrik sendri yang dibangun dari pemanfaatan Anggaran Dana Desa (ADD) untuk menampung ataupun membeli hasil komoditas pertanian dari Masyarakat, Maka akan memperkecil kemungkinan Monopoli harga pasar oleh Mafia singkong yang ada di Lampung Utara sehingga mampu meningkatkan penghasilan dari masyarakat Petani singkong.
“Rekomendasi ini juga akan kami sampaikan langsung kepada pemerintah kabupaten Lampung Utara, agar bisa diskusi dan bertukar gagasan demi kemajuan kabupaten Lampung Utara,” pungkasnya. (*)