Produksi Kopi Lambar Turun, Ternyata Ini Penyebabnya!

DAERAH EKONOMI LAMPUNG Lampung Barat NASIONAL

BANDARLAMPUNG (MDSnews)-Kabupaten Lampung Barat (Lambar) merupakan salah satu penghasil komoditas Kopi Robusta di Indonesia. Namun, saat ini produktivitasnya sedang menurun, dan berdampak terhadap ekonomi para petani.

Ternyata, menurunnya produktivitas Kopi Robusta di Kabupaten Lambar mendapat perhatian khusus Mukhlis
Basri, salah satu anggota DPR RI asal Provinsi Lampung.

Politisi PDIP itu menyebutkan, menurunnya produktifitas Kopi Robusta di Kabupaten Lambar, bukan hanya dipengaruhi cuaca ektrem. Namun, ada faktor lain yakni, masih kurang maksimalnya pengelolaan dan perhatian terhadap kopi tersebut.

“Cuaca ekstrem itu, hanya 20 persen mempengaruhi penurunan produktifitas kopi. Tapi, yang paling mempengaruhi adalah perlakuan terhadap kebun kopi. Karena, kita tahu mayoritas kebun kopi di Lambar adalah warisan turun menurun dari nenek moyang,” jelas anggota Komisi I DPR RI kepada SKH Medinas Lampung, belum lama ini.

Mukhlis yang pernah menjadi Bupati dua periode di Kabupaten Lambar, mengimbau para petani untuk melakukan peremajaan kebun kopi, dan menggunakan bibit unggul yang tahan dengan segala cuaca di kabupaten yang mendapat julukan ‘Negeri di Atas Awan’ tersebut.

“Menurut saya, harus dilakukan penelitian oleh para ahli, mana bibit kopi yang cocok dikembangkan di Kabupaten Lambar,” imbuhnya.

Mukhlis juga mengingatkan, para petani kopi untuk memperhatikan penentuan lahan dan bibit kopi. Kemudian, setelah ditanam diperhatikan bibit kopinya. Artinya, tepat guna, dan tepat juga pemupukannya.

Menurutnya, untuk meningkatkan dan membangkitkan kembali produktivitas kopi robusta di Lambar, harus ada campur tangan semua pihak di Provinsi Lampung.

“Contohnya, pengusaha ekspor kopi. Jangan hanya beli kopi, tetapi harus ambil peran agar produksi kopi robusta bisa ditingkatkan. Karena, petani kopi kita masih sangat tradisional, dan perlu dilakukan modernisasi. Saya bicara ini, karena ada beberapa petani yang sudah memperlakukan dengan baik ternyata hasilnya walaupun menurun tidak terlalu signifikan paling tinggi 20 persen setiap tahunnya,” tukas Mukhlis.

Ditambahkanya, apabila semua pihak benar-benar fokus membantu petani agar produktifitas dan kualitas hasil kopi bisa meningkat. Maka, Indonesia tidak perlu lagi impor kopi dari negara lainya, dan kesejahteraan para petani bisa meningkat. (Man/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *