BANDARLAMPUNG (MDSnews)-Mendekati Hari Raya Idul Fitri 1444 H menanggapi keluhan lingkungan Pemerintah Daerah, Instansi terkait, Swasta Pengusaha kepala desa dan kepala sekolah yang selama ini, merasakan keresahan atas kehadiran Segerombolan Mengatas Namakan sekelompok Wartawan.
Dalam bahasa jurnalistik berkonotasi negatif, karena istilah Segerombolan Berkeliaran Mengatasnamakan sekelompok Wartawan, menjelang Hari Raya Idul Fitri yang meresahkan lingkungan kerja Pemerintah, merujuk pada segerombolan wartawan tanpa kejelasan yang jelas, bahkan tidak pernah menulis berita itulah disebut gerombolan ngaku wartawan.
Setahu kami pers memiliki barcode dari perusahaan Pers berbadan hukum. Seperti (SK) dikeluarkan dari Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Periksa identitas seperti KTA (Id Card) dan Surat Tugas Liputan sertakan nama tercantum dalam box redaksi. Bukan hanya Kartu Pers saja tetapi harus memiliki Kartu persatuan Organisasi dan Kantor Bironya.
Menurut Pimpinan Umum PT Medinas Jaya Perkasa, Nara S Kartadilaga bahwa menjelang hari raya banyak gerombolan ngaku wartawan Kerjanya hanyalah masuk ke berbagai instansi atau lembaga pemerintah serta swasta, yang bertujuan hanyalah memburu amplop dari pihak narasumber. Kadang mengaku dirinya sebagai wartawan dari media resmi. Wartawan gadungan adalah wartawan yang bisa menimbulkan sakit kepala.
Sekelompok Wartawan gadungan yang terkenal dengan sebutan segerombolan ini biasanya bergerak secara berkelompok, minimal lima orang atau lebih. Tujuannya hanya satu, yakni untuk memburu amplop yang berisikan uang.
Bila tidak dikasih, maka mereka tidak akan meninggalkan lokasi yang mereka kunjungi.
“Ironisnya adalah, di antara segerombolan mengaku wartawan ada yang kurang ajar, langsung membuka amplop yang diberikan dan apabila uangnya sedikit maka berani mengatakan ‘tidak terima’ dan meminta lebih. Segerombolan mengaku wartawan, cenderung tidak beretika. Sering bertingkah bak seorang preman, amatiran dan suka memalak (memeras),” ungkap Nara, Pimpinan SKH Medinas Lampung.
Penyebutan ‘wartawan’ kepada mereka tentulah sangat tidak tepat, dan akan mencoreng nama baik pihak wartawan sejati dan yang sesungguhnya. Segerombolan Ngaku Wartawan jenis ini sebut saja wartawan gadungan. Itu karena sebagian besar dari mereka tidak memiliki media resmi, baik yang berskala regional maupun nasional.
Parahnya lagi, ada pihak pemerintahan, khususnya di bagian kehumasan, sengaja bermitra dan memanfaatkan keberadaan wartawan gadungan atau tidak jelas ini untuk tujuan tertentu. Sasaran Segerombolan Ngaku Wartawan untuk malak, biasanya pejabat di lingkungan pemda, mulai kepala seksi (kasi), kepala bidang (kabid), sampai kepada kepala dinas (kadis). Mereka juga mendatangi para camat, kepala desa serta para kepala sekolah.
Mereka menjalankan aksinya dengan modus berpura-pura meminta konfirmasi berita ini dan itu, sampai amplop berisi uang keluar. Ciri-ciri segerombolan wartawan, saat melakukan kunjungan ke lokasi yang dituju, suka sekali mengumbar atau men-expose atau menonjolkan indentitas dirinya sebagai seorang wartawan (Pers).
Menurut Nara, Kata pers atau wartawan biasanya sengaja dimunculkan di rompi atau jaket, atau pada pakaian seragam (uniform) mereka. Dan mereka terkesan bangga serta angkuh saat mengenakannya. Hati-hati terhadap segerombolan yang ngaku wartawan yang saat ini semakin menjamur di seluruh kabupaten yang ada di provinsi Lampung kerap membuat para pejabat, baik di pemerintahan maupun swasta merasa resah dan sakit kepala.
Oleh karenanya, bila Anda bertemu dengan segerombolan atau oknum yang mengaku dirinya sebagai wartawan dan suka menonjolkan diri sebagai wartawan, maka tanyakan terlebih dahulu kartu medianya dan kartu organisasi wartawan tingkat nasional.
“Bila tidak mampu mununjukkan ke dua kartu yang Anda pertanyakan maka oknum tersebut terindikasi sebagai segerombolan ngaku wartawan. Ketahuilah bahwa wartawan yang sebenarnya (asli) tidak suka menonjolkan identitasnya sebagai wartawan,” ujar Pimpinan Medinas Lampung.
Mereka cenderung low profile dan flamboyan serta kerap menutupi identitasnya sebagai wartawan. Tujuannya hanya satu yakni, cepat mengakses sumber berita di masyarakat. Wartawan asli akan selalu mengedepankan etika dan kesopanan dan kesantunan, malah cenderung bersikap seorang intel yang menelusup agar dapat memperoleh informasi yang mau di rilis untuk di buat berita. Tujuan utama wartawan asli adalah berita exclusive. Life for news not life for envelope.!.
Berikut imbauan lengkap Dewan Pers terkait THR:
Setiap perusahaan pers agar memberikan hak wartawan dan karyawan berupa THR sesuai hari raya keagamaan masing-masing personel. Misalnya, wartawan dan karyawan beragama Islam mendapatkan THR setiap Idul Fitri, demikian pula bagi yang beragama Kristen mendapatkan THR setiap Natal. Perusahaan pers agar memberikan THR sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu sebelum wartawan/karyawan merayakan hari raya keagamaannya.
Perusahaan pers agar memberikan THR sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan upah, kecuali jika masa kerja wartawan dan karyawan kurang dari 1 (satu) tahun maka dihitung secara proporsional. Perusahaan pers tidak diperkenankan mengganti pemberian THR menjadi bentuk barang, bingkisan, atau lainnya. THR harus diberikan dalam bentuk uang.
Perusahaan pers harus mempunyai kemampuan yang cukup untuk memenuhi hak kesejahteraan wartawan dan karyawan berdasarkan cara kerja yang profesional. Perusahaan pers dan organisasi perusahaan pers dilarang meminta-minta THR dan/atau bentuk lainnya kepada pihak mana pun. Demikian pula wartawan, termasuk dengan mengatasnamakan organisasi wartawan.
Secara khusus, apabila terdapat organisasi perusahaan pers dan organisasi wartawan yang merupakan konstituen Dewan Pers melakukan praktik meminta-minta THR dan/atau bentuk lainnya kepada pihak mana pun, Dewan Pers menyatakan hal tersebut sangat tidak pantas dilakukan sehingga akan menjadi catatan evaluasi terhadap organisasi yang bersangkutan. Bagi masyarakat yang menemukan praktik permintaan THR dan/atau bentuk lainnya dengan mengatasnamakan pers agar dapat menyampaikan pengaduan kepada Dewan Pers. (Red)