BANDARLAMPUNG (MDSnews)-Hampir tiap menjelang Hari raya Idul Fitri kebutuhan uang receh meningkat. Kerena momen lebaran anak-anak kecil agar dapat uang banyak. Tapi sedihnya, kalo pas banyak yang datang kerumah, sementara kita nggak siap uang kecil… kegembiraan mereka berkurang, maka tukar recehan jadi tradisi, menjelang lebaran, buat nyenengin anak-anak kecil.
Diketahui namanya anak-anak, yang paling seneng uang baru. Makanya muncul “jasa tukar uang” menjelang lebaran. 1 lembar 100rb-an ditukar 90 lembar 1rb-an atau 45 lembar 2rb-an. Nah inilah *Riba Hakiki*. Tukar menukar barang sejenis dengan nominal/berat berbeda. Walaupun marak juga Padahal sebenernya bisa diatur teknisnya biar gak riba.
Jika ingin menghilangkan riba, mudah Jual saja barang lain misal permen seharga 2rb, dijual seharga 10rb. Kasih tulisan “Jual permen 10rb” “Menyediakan kembalian uang receh 1rb-an/ 2rb-an/ 5rb-an”.
akadnya jadi jual beli. Bukan riba.
Jadi kalau akadnya tukar menukar, maka jangan. Karena itulah riba
Apa boleh jual barang dengan harga tinggi banget..?
Boleh. Selama transparan, masing masing menerima dan tidak ada kecurangan/paksaan.
Dan juga bukan barang milik negara atau barang paketan TKI yang ditilep oknum maling berdasi. (**)