Pentingnya Kolaborasi Semesta dalam Mewujudkan Pendidikan untuk Semua

DAERAH HOME LAMPUNG Pendidikan TERBARU

Oleh: Renci (Praktisi Pendidikan di SD Aisyiyah Metro)

Momentum Hari Pendidikan yang diperingati setiap 2 Mei menjadi titik balik refleksi untuk kembali menguatkan peran pendidikan dalam membentuk masa depan bangsa. Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), sudah semestinya dimaknai secara substansial. Artinya, tidak hanya berkutat pada ranah seremonial.

Sebagaimana yang ditegaskan oleh tokoh publik Jakarta Selatan, bapak Munjirin dalam pidato sambutannya menyampaikan bahwasanya Hardiknas menjadi peringatan untuk semua pihak dapat meningkatkan dedikasi, komitmen dan semangat dalam membangun pendidikan. Mengingat, pendidikan adalah bagian dari amanat konstitusi yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

Selaras dengan Asta Cita keempat Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. Beliau berkomitmen untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat sebagai aktor perubahan yang mampu mengantarkan Indonesia menjadi negara yang beradab dan makmur.

Berbicara tentang pendidikan, tokoh nasional Ki Hajar Dewantara pernah berpesan tentang tripusat pendidikan, “Di dalam hidupnya anak-anak adalah tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya; yakni keluarga, perguruan dan pergerakan pemuda.

Merefleksikan dari formulasi tersebut, dalam momentum Hari Pendidikan Nasional tahun 2025 diangkatlah tema Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua.

Tema tersebut dilayangkan berdasarkan Surat Edaran Kemendikdasmen nomor 7441/MDM.A/TU.02.03/2025 tanggal 24 April 2025. Tema ini dapat diejawantahkan sebagai seruan yang menggugah semangat serta kesadaran seluruh elemen agar dapat saling bahu membahu, berpegang tangan dan bersama dalam menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif.

Pesan Bapak Pendidikan dan tema tersebut mengandung makna yang selaras. Hal ini tentu menghadirkan pesan filosofis yang menyuarakan kesadaran kolektif, menegaskan bahwa pendidikan adalah urusan bersama. Sebagai praktisi pendidikan, tentu penulis mengapresiasi tema yang diangkat. Pasalnya, penulis sepakat dan percaya untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas akan tercapai apabila seluruh elemen masyarakat saling berkolaborasi.

Kita menyadari bahwa ditengah arus yang cepat berubah ini, pendidikan tidak bisa hanya dibiarkan berjalan sendiri. Perlu kerja sama yang melibatkan multi-stakeholders, mulai dari pemerintah pusat hingga daerah, pun juga perlu kerja sama guru hingga pemangku dunia kerja, dan yang tidak kalah penting adalah kontribusi dari orang tua.

Kita sepakat bahwa dibawah Kementerian Pendidikan, yang hari ini menjadi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), di tahun 2025 sudah banyak capaian yang dilakukan. Beragam inisiatif telah diluncurkan sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan, mulai dari digitalisasi dan inovasi, reformasi kurikulum, peningkatan mutu guru hingga upaya pemerataan akses pendidikan.

Dengan mengangkat tema di atas dalam Hari Pendidikan Nasional, memvalidasi bahwa meskipun pendidikan sudah banyak mengalami peningkatan, tetapi kerja-kerja kolektif tidak boleh ditinggalkan. Sebab, masih banyak tantangan yang perlu diselesaikan. Ketimpangan mutu antar-wilayah, rendahnya literasi-numerasi diberbagai daerah, tidak ratanya sarana dan prasarana karena masalah geografis yang mrnyebabkan keterbatasan infrastruktur diwilayah 3T.

Permasalahan tersebut menjadi cermin bahwa masih diperlukannya perbaikan-perbaikan dibeberapa hal dengan membangun kolaborasi antar pemerintah, lembaga pendidikan dan sektor swasta yang diperlukan. Sebab sejatinya, ungkapan partisipasi semesta menggerakkan pendidikan agar tidak terkesan eksklusif dan elitis, sehingga momentum Hardiknas 2025 menjadi titik balik panggilan untuk semua.

Merujuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, makna semesta juga menyiaratkan tentang keseluruhan. Membangun ekosistem kolaboratif pendidikan menjadi suatu hal yang amat penting. Mengingat bahwa Indonesia adalah negara yang multikultural, tema ini juga ditujukan untuk menciptakan atmosfer pendidikan yang menghargai keberagaman dan kebersamaan.

Peringatan Hardiknas 2025 ini menjadi suatu panggilan bagi kita semua, seluruh elemen bangsa agar menciptakan gerakan berkelanjutan yang harmoni. Bahwa, keberhasilan tujuan pendidikan bukanlah tanggungjawab guru saja, bukan hanya diselesaikan oleh pemerintah pusat atau dinas pendidikan, melainkan sinergi semua pihak.

Semangat kolektif ini, dapat mengantarkan kita untuk bersama-sama menciptakan pendidikan yang memang benar mengedepankan inklusifitas -dapat dinikmati semua kalangan masyarakat, tanpa memandang latar belakang finansial, sosial maupun kondisi yang melekat lainnya. Dengan menyatukan kolaborasi dan menghadirkan partisipasi, maka pendidikan seharusnya menjadi alat untuk mempersatukan perbedaan dan meneguhkan komitmen untuk mencapai cita-cita bangsa melalui pendidikan.

Pernyataan di atas mengandung ajakan untuk kita semua memperjuangkan pendidikan yang bermutu dan adil bagi semua. Sebagaimana yang disampaikan oleh Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa Hardiknas mengajak kita untuk bergandeng tangan, gotong royong dan saling bahu membahu membentuk karakter anak bangsa.

Karena sejatinya, penulis sepakat dengan Bapak Menteri, “Pendidikan bukan hanya tentang mengajarkan materi, tetapi juga membentuk karakter dan moral anak bangsa. Pada hakikatnya, pendidikan adalah proses membangun kepribadian yang utama, akhlak mulia, dan peradaban bangsa.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *