Bukan Sekadar Bantuan, Tapi Nafas Baru untuk Warga, Ketulusan Shenny Syarief Bikin Warga Kuala Tegineneng Menitikkan Air Mata

DAERAH HOME LAMPUNG Tanggamus TERBARU

Tanggamus (Medinas_News) — Hari itu, Kamis 11 Desember 2025, Dusun Kuala Pekon Tegineneng seolah berhenti bernafas sejenak. Langit panas, angin kering, tapi suasana justru basah, bukan oleh hujan, melainkan oleh air mata haru warga yang menyaksikan peresmian sumur bor bantuan Tambak Udang Shenny Syarief.

Bagi sebagian orang, sumur bor mungkin hanya sebuah fasilitas. Tapi bagi warga Kuala, itu adalah mukjizat kecil yang datang tepat saat mereka kehabisan harapan.

Pita dipotong oleh Camat Limau Yusef, didampingi Owner Tambak Udang Shenny Syarief, Sekcam Sunardi, Pj Kakon Suparman, dan para tokoh masyarakat. Dan saat itu pula, sorak warga meledak, bukan meriah, tapi penuh kelegaan. Banyak yang menunduk, mengusap mata, tak kuasa menahan rasa syukur.

Pj Kakon Tegineneng, Suparman, mencoba menyampaikan sambutan. Tapi suaranya bergetar, beberapa kali terhenti.
“Bu Shenny… apa yang beliau lakukan ini… bukan main. Bukan hanya sumur bor lengkap dengan mesin dan pipa… tapi juga tanah wakaf untuk TPU dan lahan untuk Kopdes Merah Putih. Kami… warga kami… benar-benar merasakan kasih sayang beliau.”

Beberapa warga yang berdiri di pinggir acara hanya bisa mengangguk. Ada yang memeluk anaknya, ada yang memegang tangan suaminya erat. Semua merasakan hal yang sama: terharu dan tidak menyangka.

Camat Limau, Yusef, pun tidak bisa menahan kekaguman.
“Saya sudah melihat banyak program sosial, tapi ketulusan seperti ini… jarang sekali. Tambak udang ini bukan hanya usaha, tapi wujud cinta pada masyarakat Tegineneng.”

Ia menekankan agar sumur bor dirawat, dijaga, dan jangan sampai disia-siakan. Karena ini bukan sekadar fasilitas, ini amanah dari seseorang yang rela memberi tanpa pamrih.

Namun puncak dari suasana haru itu datang ketika Shenny Syarief sendiri menyampaikan sepatah kata. Dengan wajah tenang, tanpa sedikit pun nada pamer, ia berkata:

“Apa pun yang saya lakukan… semuanya demi ibadah. Saya lihat masyarakat butuh pemakaman yang layak, jadi saya wakafkan tanah seluas 2.000 meter untuk TPU. Letaknya saya pilih yang di pinggir jalan supaya mudah diakses.”

Beberapa warga langsung terdengar mengucap, “Alhamdulillah… semoga Allah angkat derajat ibu…”

Dan yang membuat suasana makin menggetarkan, ketika ditanya soal sebagian tanah TPU yang diminta untuk pembangunan Kopdes Merah Putih, Shenny menjawab dengan sangat rendah hati:

“Jika itu untuk kepentingan masyarakat, saya tidak keberatan. Silakan dipakai. Tanah itu bukan milik saya lagi, tapi milik warga.”

Kalimat sederhana itu seperti menghantam dada semua yang mendengarnya.
Di tengah zaman penuh kepentingan pribadi, muncul seseorang yang memberi tanpa syarat, tanpa memikirkan nama, tanpa berharap balasan.

Hari itu, warga Kuala Tegineneng pulang dengan langkah yang berbeda. Bukan hanya karena mereka kini punya air bersih, atau karena kampung mereka punya TPU layak dan lahan untuk koperasi. Tapi karena mereka menyaksikan sendiri bahwa masih ada orang seperti Shenny Syarief, sosok yang kebaikannya bukan dibuat-buat, bukan pencitraan, tapi murni dari hati.

Bagi warga, Shenny bukan sekadar pengusaha tambak. Ia adalah sosok yang hadir di saat mereka membutuhkan, sosok yang memberi bahkan sebelum diminta, sosok yang membuat mereka kembali percaya bahwa kebaikan itu nyata.
Jurnalis : (Erwin).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *