Sleman (MDSnews) – Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Jawa Barat bersama Polda DIY menggerebek sebuah kantor pinjaman online (pinjol) ilegal di Padukuhan Samirono, Kalurahan Caturtunggal, kapanewon Depok, Sleman Kamis (14/10/2021) pukul 21.30 WIB. Sebanyak 83 karyawan yang rata-rata bertindak sebagai debt collector dari kantor tersebut diangkut petugas untuk menjalani pemeriksaan
Kantor Pinjaman Online (Pinjol) di Caturtunggal, Depok, Sleman yang digerebek polisi mengoperasikan 23 aplikasi yang sebagian besar ilegal. Para pelaku menggunakan ratusan ponsel dan personal computer (PC) untuk menjalankan aksinya.
“Dari tempat kejadian perkara [TKP] ini, diamankan 83 orang operator atau yang bertugas sebagai debt collector, dua HRD dan satu manager. Sejumlah barang juga diamankan meliputi 105 PC dan 105 handphone,” kata Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Barat, Kombes Pol Arif Rahman kepada wartawan di lokasi penggerebekan.
Dari pemeriksaan itu, polisi menemukan satu orang debt collector dengan bukti digital menunjukkan kesesuaian dengan bukti yang didapat dari korban. “Dan itu fiks, digital evidence-nya sangat relevan. Sehingga kami akan lakukan penyidikan dan penindakan secara tuntas terhadap para pelaku,” katanya.
Dalam satu kantor tersebut, polisi mencatat setidaknya dioperasikan sebanyak 23 aplikasi pinjol. Dari ke-23 aplikasi tersebut, hanya satu yang resmi terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yakni Onehope. “Satu aplikasi yang terdaftar ini sebagai modusi para pelaku untuk mengelabui petugas agar seolah-olah mereka pinjol legal,” katanya.
Penggerebekan tersebut berawal dari laporan korban pinjol ilegal dengan nomor laporan LPB/828/X/2021/SPKT/POLDA JABAR, tanggal 14 Oktober 2021 atas nama pelapor berinisial TM.
Pelapor yang juga korban pinjol ilegal tersebut tak kuat menahan tekanan para kolektor pinjol ilegal. Bahkan, akibat teror yang kerap dilakukan kolektor-kolektor itu, korban kini terbaring di rumah sakit akibat depresi. (tuti)